IndoInsight.com –
Ketegangan meningkat di Laut Merah menyusul serangkaian intersepsi terhadap kapal-kapal oleh pemberontak Houthi dari Yaman. Analis memperingatkan eskalasi ini berpotensi memicu konflik regional yang lebih luas dan dampaknya akan dirasakan secara global.
Para ahli yang diwawancarai Al Jazeera berpendapat Houthi kemungkinan besar tidak akan mundur dan konsekuensi dari tindakan mereka akan meluas ke seluruh kawasan. Analis keamanan Abdulnasser al-Hamdani menyatakan, “Jika insiden ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin terjadi konfrontasi langsung antara Houthi dengan koalisi pimpinan Saudi dan AS, yang dapat dengan mudah berkembang menjadi perang regional yang lebih besar.”
Houthi mengklaim serangan terhadap kapal di Laut Merah merupakan balasan atas operasi militer koalisi pimpinan Saudi di Yaman dan serangan Israel terhadap Palestina. Kelompok bersenjata itu, yang didukung oleh Iran, telah meningkatkan kemampuan militernya dalam beberapa tahun terakhir dan kini diperkirakan memiliki persenjataan canggih, termasuk drone dan rudal balistik jarak pendek.
Kemampuan baru ini memungkinkan Houthi untuk mengancam jalur pelayaran vital di Laut Merah, yang merupakan urat nadi perdagangan global. Sekitar 10% perdagangan dunia melewati jalur ini, termasuk sebagian besar pasokan minyak dunia dari Timur Tengah. Jika pelayaran terganggu, dampak ekonomi secara global akan sangat signifikan.
Selain risiko terhadap perdagangan, eskalasi di Laut Merah juga dapat memicu konflik regional yang lebih luas. Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara-negara Arab lainnya tergabung dalam koalisi yang berperang melawan Houthi di Yaman. Israel juga khawatir dengan peningkatan kekuatan Houthi dan telah melancarkan serangan udara ke Yaman dalam beberapa kesempatan.
Ketegangan yang meningkat antara Iran dan Amerika Serikat juga menambah kompleksitas situasi. AS menuduh Iran memasok senjata kepada Houthi dan mendukung aktivitas mereka. Iran membantah tuduhan ini, namun keterlibatan mereka jelas meningkatkan risiko keterlibatan langsung AS dalam konflik.
Para mencegah perang regional, para analis mendesak agar dilakukan langkah-langkah de-eskalasi segera. Mereka menyerukan gencatan senjata di Yaman, dimulainya kembali upaya negosiasi damai, dan pengurangan kehadiran militer di Laut Merah.
“Situasi di Laut Merah sangat tegang dan rapuh,” kata al-Hamdani. “Jika tidak ada tindakan nyata untuk meredakan ketegangan, risiko perang regional akan semakin besar, dengan konsekuensi bencana bagi kawasan dan dunia.”
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Juru Bicara Houthi Mohammed Abdulsalam menegaskan komitmen kelompoknya untuk mempertahankan diri dan membalas serangan terhadap Yaman. Dia juga menyampaikan kesediaan Houthi untuk berunding, dengan syarat koalisi pimpinan Saudi menghentikan serangan udara dan menarik pasukannya dari Yaman.
Belum jelas apakah kedua pihak akan mencapai kesepakatan atau ketegangan di Laut Merah akan semakin memburuk. Namun, yang pasti, peningkatan eskalasi dan ancaman perang regional harus segera diatasi sebelum dunia menyaksikan konflik yang lebih besar dan lebih tragis di Timur Tengah.