IndoInsight.com –
Pemberitaan akhir Desember ini diwarnai kontroversi baru terkait hubungan Amerika Serikat dan Israel. Dalam kurun waktu satu bulan, AS justru menyetujui penjualan amunisi kepada Israel di tengah seruan global untuk menghentikan jatuhnya korban sipil dalam konflik berkepanjangan di wilayah Palestina. Keputusan ini diambil dengan cara “bypass” Kongres, menambah kompleksitas situasi dan menuai kritik dari berbagai pihak.
Penjualan Senjata dan Desakan Gencatan Senjata:
Pada awal Desember, pemerintahan Biden mengumumkan persetujuan penjualan rudal presisi udara-darat (JDAM) senilai $735 juta kepada Israel. Keputusan ini disusul dengan lampu hijau untuk tambahan amunisi senilai $125 juta pada pertengahan bulan. Kedua transaksi ini dilakukan melalui prosedur “penjualan komersial”, yang memungkinkan bypass persetujuan Kongres.
Paralel dengan itu, AS juga gencar menyerukan gencatan senjata antara Israel dan kelompok bersenjata Palestina. Hal ini menimbulkan pertanyaan dan kritik dari pengamat dan aktivis. Bagaimana AS bisa mendorong perdamaian di satu sisi, sembari menyuplai senjata canggih yang berpotensi memperpanjang konflik di sisi lain?
Kompleksitas dan Kritik:
Pendukung penjualan senjata berpendapat bahwa langkah ini penting untuk menjaga keunggulan militer Israel dan menjamin kemampuannya mempertahankan diri dari ancaman regional. Mereka juga khawatir penolakan penjualan justru akan melemahkan posisi AS sebagai sekutu Israel dan merusak hubungan bilateral.
Namun, pihak yang kontra menilai kebijakan ini kontraproduktif. Keputusan bypass Kongres dinilai melemahkan fungsi pengawasan legislatif dan berpotensi memicu eskalasi konflik. Suplai senjata dikhawatirkan justru memperpanjang pendudukan Israel di wilayah Palestina dan menambah jumlah korban sipil.
Selain itu, kritik juga ditujukan pada inkonsistensi AS dalam mendorong perdamaian. Desakan gencatan senjata dinilai kurang berbobot jika tidak dibarengi dengan tekanan nyata untuk menghentikan penjualan senjata yang berpotensi digunakan dalam konflik.
Mencari Titik Temu:
Situasi ini menuntut AS untuk mencari titik temu antara komitmen keamanan Israel dan upaya mendorong perdamaian yang langgeng. Beberapa usulan konstruktif diantaranya:
- Mengaitkan penjualan senjata dengan kemajuan konkret dalam proses perdamaian dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
- Menuntut transparansi lebih besar dalam penggunaan bantuan militer AS oleh Israel.
- Bekerjasama dengan negara-negara regional dan komunitas internasional untuk mencari solusi konflik yang komprehensif dan berkelanjutan.
Kontroversi penjualan senjata AS ke Israel ini menjadi pengingat betapa rumitnya dinamika keamanan di Timur Tengah. Mencari keseimbangan antara kepentingan dan nilai-nilai yang terkadang bertentangan tidaklah mudah. Namun, komitmen yang sungguh-sungguh pada perdamaian dan penghormatan terhadap hak asasi manusia harus menjadi prinsip utama yang memandu setiap kebijakan AS di kawasan tersebut.