IndoInsight.com –
Situasi di Laut Merah kian memanas seiring meningkatnya serangan kelompok Houthi terhadap kapal-kapal yang melintas. Amerika Serikat, dengan memimpin satuan tugas maritim internasional, kini dihadapkan pada dilema rumit: harus melindungi jalur pelayaran vital tanpa terjebak dalam eskalasi konflik yang lebih luas.
Satuan tugas yang diberi nama Operasi Prosperity Guardian (OPG) memang dibentuk untuk menjamin keamanan pelayaran internasional. Namun, kehadirannya sejauh ini hanya dianggap langkah setengah hati oleh Houthi yang terus melancarkan serangan. Keraguan muncul apakah OPG memiliki kemampuan yang cukup untuk menghentikan agresi kelompok tersebut.
Peningkatan ketegangan dipicu oleh serangkaian serangan Houthi menggunakan drone dan rudal jarak jauh. Target mereka tidak hanya kapal komersial, tapi juga kapal perang Israel – sekutu dekat Amerika Serikat. Serangan ini dilakukan sebagai balasan atas keterlibatan Israel dalam konflik bersenjata yang melanda Yaman selama bertahun-tahun.
Dilema Amerika Serikat terletak pada keterbatasan opsi yang tersedia. Melancarkan serangan balik terhadap Houthi berisiko memicu perang terbuka yang lebih luas, berpotensi menarik AS lebih dalam ke konflik internal Yaman yang kompleks. Di sisi lain, membiarkan Houthi beraksi bebas juga membahayakan keamanan jalur pelayaran internasional dan reputasi AS sebagai penjamin stabilitas global.
OPG sendiri dinilai tidak cukup kuat untuk secara efektif menghentikan serangan Houthi. Kehadiran kapal perang negara-negara sekutu tidak serta merta menjamin pengamanan seluruh wilayah Laut Merah yang luas. Selain itu, keterlibatan langsung AS dalam operasional militer bisa memicu sentimen negatif dari negara-negara Muslim dan Arab, mengingat AS selama ini dipandang mendukung pihak Saudi Arabia dalam konflik Yaman.
Opsi lain yang lebih proaktif, seperti menghancurkan kemampuan peluncuran rudal Houthi, juga memiliki risiko eskalasi yang tinggi. Tindakan tersebut dapat dianggap sebagai agresi terbuka dan memicu serangan balasan yang lebih intens dari Houthi.
Dengan ketiadaan opsi yang ideal, Amerika Serikat tampaknya terjebak dalam situasi “catch-22” di Laut Merah. OPG kemungkinan besar hanya akan menjadi solusi sementara yang terus diuji oleh Houthi. Tanpa terobosan diplomatik, Laut Merah berpotensi menjadi titik nyala konflik regional yang lebih luas.