IndoInsight.com –
Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, menyatakan bahwa jika Rusia mengalami kehancuran, maka “kami semua akan mati.” Pernyataan ini diucapkan setelah tentara bayaran Wagner memberontak melawan Kremlin.
Dalam sebuah upacara di ibu kota Minsk, Lukashenko mengatakan, “Jika Rusia mengalami kehancuran, kami akan tetap terjebak di bawah reruntuhan, dan kita semua akan binasa.” Ia menyaksikan “pemberontakan bersenjata” di Rusia pada akhir pekan lalu dan menggambarkannya sebagai “sesuatu yang menyakitkan.”
Lukashenko berkata, “Saya harus mengatakan bahwa saya sangat terpukul melihat perkembangan terakhir di selatan Rusia. Banyak warga negara kami juga merasa simpati terhadap mereka. Hal ini disebabkan karena kita semua adalah satu tanah air.”
Lukashenko mengakui bahwa ia telah memerintahkan tentara Belarusia untuk siaga penuh selama peristiwa di Rusia tersebut. Mengenai kesepakatan yang diajukan oleh Lukashenko untuk mengakhiri konflik antara Wagner dan Kremlin, Presiden Belarusia tersebut meminta agar dirinya dan pihak lainnya, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin, tidak dianggap sebagai “pahlawan.”
“Janganlah menjadikan saya atau pun (Presiden Rusia Vladimir) Putin, atau (pemimpin Wagner Yevgeny) Prigozhin sebagai pahlawan,” ujar Lukashenko.
“Kami hanya membiarkan situasi itu berkembang tanpa campur tangan, dan kami berharap konflik tersebut akan berakhir dengan sendirinya, tetapi ternyata tidak,” tambah Lukashenko.
Lukashenko juga mengklaim bahwa oposisi di Belarusia telah mulai “bersuara nyaring” dalam tengah peristiwa yang terjadi di Rusia, tetapi menurutnya, mereka keliru.
“Mereka (oposisi Belarusia) berusaha keras untuk memperlihatkan prestasi mereka kepada atasan mereka. Bahkan, mereka telah mengeluarkan seruan dan merencanakan skenario pemberontakan bersenjata mereka sendiri,” ungkapnya.
Pada tanggal 24 Juni, pemimpin kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, menuduh Kementerian Pertahanan Rusia melakukan serangan terhadap pasukannya dan menyatakan “Unjuk Keadilan,” serta bergerak dari perbatasan Ukraina menuju kota Rostov-on-Don di Rusia.
Prigozhin bahkan berencana untuk mengirimkan pasukannya ke Moskow untuk “menggulingkan para pimpinan militer.”
Badan Keamanan Federal menyebut tindakan kelompok Wagner sebagai “pemberontakan bersenjata” dan mengajukan gugatan pidana terhadap Prigozhin. Namun, sebelum mereka tiba di Moskow, Prigozhin dan pasukannya memilih untuk mundur demi menghindari pertumpahan darah di Rusia.
Lukashenko menyatakan bahwa ia telah membantu dalam penyelesaian konflik tersebut dengan melakukan perundingan bersama pemimpin Wagner dan mendesak Prigozhin untuk menerima kesepakatan tersebut.
Upaya Lukashenko untuk mengakhiri konflik antara Wagner dan Kremlin merupakan langkah diplomatis yang dilakukan dengan tujuan mencegah eskalasi kekerasan yang dapat membahayakan kedua negara dan wilayah sekitarnya. Meskipun Belarusia dan Rusia memiliki hubungan yang erat, Lukashenko berusaha mempertahankan netralitasnya dalam situasi ini dan bertindak sebagai mediator.
Meskipun demikian, Lukashenko menegaskan bahwa dirinya tidak ingin dianggap sebagai pahlawan dalam penyelesaian konflik tersebut. Ia menyadari bahwa konflik tersebut tidak boleh dianggap enteng, dan merasa perlu mengingatkan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh pihak Belarusia dan Rusia hanyalah bagian dari upaya untuk menjaga stabilitas dan keamanan di kawasan tersebut.
Sementara itu, oposisi di Belarusia juga ikut memberikan respons terhadap peristiwa yang terjadi di Rusia. Namun, Lukashenko menegaskan bahwa tindakan oposisi tersebut tidak berkaitan dengan konflik antara Wagner dan Kremlin. Ia menganggap bahwa oposisi sedang berusaha memperoleh keuntungan politik dari situasi yang tengah berlangsung.
Dalam menghadapi situasi ini, Lukashenko mengajak semua pihak untuk tetap tenang dan menjaga stabilitas di wilayah tersebut. Ia menyadari bahwa ancaman terhadap keamanan tidak boleh diabaikan, namun upaya diplomasi dan dialog tetap menjadi pilihan utama dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.
Dengan demikian, Lukashenko berharap bahwa melalui upaya kolaboratif dan dialog yang intensif, konflik antara Wagner dan Kremlin dapat diselesaikan dengan damai dan tanpa menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi kawasan tersebut.