IndoInsight.com –
Iran dan Amerika Serikat (AS) telah berkonflik selama beberapa dekade karena sejumlah isu sensitif, termasuk perjanjian nuklir, kehadiran militer AS di Teluk, dan pembunuhan Qasem Soleimani. Namun, saat ini kedua negara sedang mengalami sebuah peristiwa bersejarah dalam bentuk pertukaran tahanan.
Perjanjian ini melibatkan peran mediator Qatar. Bagaimana prosesnya berjalan dan apa yang menjadi tuntutan dari masing-masing pihak? Iran ingin mengakses kembali asetnya yang dibekukan, dan Washington tampaknya bersedia untuk melonggarkan ketegangan.
AS telah memberikan izin untuk melepaskan sekitar US$ 6 miliar dari dana Iran yang dibekukan. Tindakan ini dilakukan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada tanggal 8 September yang lalu, dan Kongres AS telah diberitahu tentang hal ini.
Namun, penting untuk dicatat bahwa AS tidak secara langsung memberikan uang kepada Iran. Dana tersebut tetap disimpan di bank Korea Selatan dan akan dialihkan ke rekening bank di Qatar. Iran akan memiliki akses terbatas hanya untuk keperluan makanan dan kemanusiaan, dengan pengawasan dari Qatar dan AS.
Proses transfer uang ini dianggap sebagai tahap paling rumit karena AS harus memastikan bahwa tindakan ini tidak melanggar sanksi terhadap Iran. Oleh karena itu, tanggung jawab tersebut diberikan kepada Doha, Qatar, yang akan memastikan bahwa uang tersebut tidak digunakan untuk membeli produk atau barang yang terkena sanksi. Dengan kendala uang terselesaikan, fokus beralih pada pertukaran tahanan antara AS dan Iran.
Pemerintah Iran telah membebaskan lima warga AS yang telah lama dipenjara atau di bawah tahanan rumah. Mereka adalah Siamak Namazi, Morad Tahbaz, Emad Shargi, dan dua orang Amerika yang namanya dirahasiakan. Sebagian besar dari mereka telah ditahan sebelum pemerintahan Biden.
Saat yang sama, Iran juga membebaskan beberapa tahanan ganda warga AS dari penjara mereka. Pertukaran ini akan melibatkan tahanan dari kedua belah pihak yang akan transit melalui Qatar.
Meskipun pembebasan tahanan ini telah disepakati, ini menimbulkan berbagai tanggapan di AS. Partai Republik menganggap transfer uang ini sebagai pembayaran tebusan, sementara Pemerintahan Biden mengakui bahwa mereka menghadapi keputusan sulit. Mereka menekankan bahwa prioritas utama adalah membawa pulang warga AS. Namun, dampaknya juga dapat menjadi kemenangan politik penting bagi Biden menjelang pemilihan presiden 2024.
Meski begitu, apakah pembebasan tahanan ini mengindikasikan penurunan ketegangan antara Iran dan AS? Ini merupakan momen kerja sama yang langka. Meskipun kedua belah pihak masih enggan berbicara terbuka, terutama dalam hal kesepakatan nuklir, pertanyaan apakah diplomasi yang lebih halus ini akan berhasil dalam jangka panjang tetap menjadi tanda tanya yang perlu dijawab di masa mendatang.