IndoInsight.com –
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menyatakan bahwa ia memiliki “asumsi kerja” bahwa pemilihan umum akan diadakan pada paruh kedua tahun 2024. Hal ini secara tidak langsung mengesampingkan kemungkinan pemilu lebih cepat yang diperkirakan akan digelar pada Mei.
Sunak menyampaikan hal tersebut dalam kunjungannya ke Mansfield, Inggris. “Asumsi kerja saya adalah kita akan memiliki pemilihan umum di paruh kedua tahun ini, karena pada saat itu saya memiliki banyak hal yang ingin saya wujudkan,” ungkapnya kepada wartawan.
“Saya ingin tetap maju, mengelola ekonomi dengan baik, dan memotong pajak rakyat … Saya punya banyak hal yang harus dikerjakan,” tambahnya.
Pernyataan Sunak ini muncul di tengah tekanan dari kubu oposisi yang menyerukan agar pemilu segera digelar, terutama mengingat keadaan saat ini di mana Konservatif yang dipimpin Sunak tertinggal jauh dari Partai Buruh dalam jajak pendapat.
Sunak sendiri menghadapi tantangan dalam memenuhi sejumlah janji penting yang ia buat tepat satu tahun yang lalu. Ini termasuk janji untuk menghentikan imigran gelap yang datang dengan perahu kecil di pantai selatan Inggris, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi daftar tunggu rumah sakit. Meskipun demikian, ia berhasil mencapai target untuk mengurangi inflasi separuh hingga akhir tahun 2023.
“Sejujurnya, 2023 bukanlah tahun yang mudah bagi siapa pun, termasuk negara kita,” ujar Sunak. “Banyak hal yang rumit, termasuk dampak Covid yang masih berlanjut, perang di Ukraina, dan konflik di Gaza. Tapi saya katakan kepada Anda, 2024 akan menjadi tahun yang lebih baik, dan saya ingin memastikan Anda semua juga percaya bahwa 2024 akan menjadi tahun yang lebih baik.”
Sunak tidak secara resmi mengumumkan tanggal pasti digelarnya pemilu. Namun, dengan pernyataannya ini, para analis politik meyakini bahwa pemilu kemungkinan besar akan berlangsung antara Oktober dan Desember 2024.
Dengan masa jabatan yang masih tersisa hampir satu tahun, Sunak bertekad untuk fokus pada pemulihan ekonomi dan mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi Inggris. Namun, ia juga perlu menghadapi kenyataan bahwa jalan menuju kemenangan pemilu di paruh kedua tahun ini tidak akan mudah, terutama jika ia gagal menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam sejumlah isu krusial.