IndoInsight.com –
Ketika kabar tentang tentara bayaran Wagner menuju Moskwa dalam pemberontakan singkat menyebar, beberapa pengusaha dari China selatan mulai panik.
Mereka meminta pabrik-pabrik untuk menghentikan pengiriman barang-barang yang ditujukan ke Rusia.
Meskipun pemberontakan yang menjadi ujian terbesar bagi kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin sejak invasi Ukraina pada bulan Februari 2022 dengan cepat mereda, beberapa eksportir mulai mempertanyakan ketergantungan mereka pada sekutu dekat mereka, Rusia, di masa depan.
“Kami berpikir akan ada masalah besar,” kata Shen Muhui, kepala badan perdagangan perusahaan di provinsi Fujian selatan China yang menghasilkan suku cadang mobil, mesin, dan pakaian yang diekspor ke Rusia.
Meskipun krisis telah mereda, beberapa orang tetap waspada karena mereka tidak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dilaporkan oleh Reuters, China telah berusaha untuk menyatakan dukungan mereka terhadap Moskwa, dengan menjalin kemitraan yang tak terbatas, sebelum Rusia melakukan invasi Ukraina dalam apa yang disebut sebagai operasi militer khusus.
Namun, seorang pejabat tinggi AS pada hari Senin (26/6/2023) mengatakan bahwa pemberontakan akhir pekan itu telah membuat kepemimpinan Beijing yang tertutup merasa cemas.
Beberapa analis di dalam dan di luar China mulai mempertanyakan apakah Beijing perlu melonggarkan hubungan politik dan ekonomi mereka dengan Moskwa.
“Hubungan tak terbatas itu telah terganggu,” kata analis keamanan yang berbasis di Singapura, Alexander Neill.
Kementerian Luar Negeri China, yang menggambarkan pemberontakan yang dibatalkan sebagai urusan dalam negeri Rusia dan menyatakan dukungan terhadap upaya Moskwa untuk menstabilkan situasi, tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Yevgeny Prigozhin, kepala tentara bayaran Wagner yang telah berpartisipasi dalam beberapa pertempuran paling berdarah Rusia selama perang di Ukraina, memimpin pemberontakan bersenjata setelah ia mengklaim bahwa sejumlah besar pasukannya tewas dalam pertempuran.
Namun, pemimpin tentara bayaran itu tiba-tiba membatalkan pemberontakan pada Sabtu malam ketika para pasukannya mendekati Moskwa, yang pada saat itu hampir tanpa perlawanan.
China tidak mengomentari krisis tersebut saat terjadi, tetapi mengeluarkan pernyataan ketika Menteri Luar Negeri Qin Gang menjadi tuan rumah pertemuan mendadak dengan wakil menteri luar negeri Rusia di Beijing.
Inti dari hubungan antara China dan Rusia adalah oposisi bersama terhadap apa yang mereka anggap sebagai dominasi Amerika Serikat dan perluasan aliansi militer NATO yang mengancam keamanan mereka.
Setelah mengamankan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai presiden awal tahun ini, Presiden China Xi Jinping melakukan perjalanan luar negeri pertamanya ke Rusia untuk bertemu dengan sahabatnya, Putin.
Meskipun demikian, beberapa komentator nasionalis di tabloid China yang dikelola negara menyambut baik tindakan cepat Putin dalam mengatasi pemberontakan tersebut. Bahkan di China, di mana pidato kritis sangat ketat dikendalikan, beberapa orang mulai mempertanyakan dukungan Beijing terhadap Rusia.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran dan pertanyaan di kalangan pengusaha dan analis di China. Mereka mempertanyakan apakah China seharusnya melonggarkan hubungan politik dan ekonominya dengan Rusia setelah pemberontakan ini. Beberapa berpendapat bahwa insiden ini telah mengganggu hubungan bilateral yang tak terbatas antara kedua negara tersebut.
Meskipun Kementerian Luar Negeri China menyatakan dukungannya terhadap Moskwa dalam upaya menstabilkan situasi, beberapa orang masih merasa tidak yakin tentang arah hubungan China-Rusia ke depannya. Terlebih lagi, kejadian ini memperlihatkan ketegangan dan ketidakpastian yang mungkin terjadi di antara sekutu dekat China.
Dalam hubungan China dan Rusia, mereka memiliki persamaan pandangan dalam hal oposisi terhadap dominasi Amerika Serikat dan perluasan NATO. Namun, pemberontakan Wagner yang terjadi di Rusia telah menimbulkan pertanyaan tentang kekuatan dan keandalan sekutu dekat tersebut.
Kini, China harus mempertimbangkan langkah-langkah yang akan diambil untuk menjaga hubungan dengan Rusia, sekaligus menjaga kepentingan dan stabilitas ekonomi mereka. Apakah China akan tetap setia pada kemitraan tanpa batas mereka dengan Rusia ataukah akan ada penyesuaian dalam pendekatan politik dan ekonomi mereka?
Masalah ini menjadi perhatian penting bagi pengusaha dan ekspor China yang bergantung pada pasar Rusia. Mereka harus memantau perkembangan situasi dengan hati-hati dan membuat keputusan yang bijaksana dalam menjaga kelangsungan bisnis mereka.
Secara keseluruhan, pemberontakan Wagner di Rusia telah menimbulkan kekhawatiran dan pertanyaan di kalangan pengusaha dan analis China. Hubungan antara China dan Rusia, yang sebelumnya dianggap tak terbatas, kini menghadapi tantangan dan harus dipertimbangkan kembali. China harus memutuskan bagaimana mereka akan melanjutkan hubungan dengan Rusia dan melindungi kepentingan mereka di tengah ketidakpastian yang terus berkembang.